Selasa, 26 Oktober 2010

FUNGSI EVALUASI PEMBELAJARAN

FUNGSI EVALUASI
I. SECARA UMUM
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana dan memperbaiki atau menyempurnakan kembali.

II. SECARA KHUSUS
1. Aspek Psikologis
Dari segi psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan disekolah dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta dan dari sisi pendidik.
• Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas atau status dirinya masing-masing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya.
• Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukan selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan selanjutnya.

2. Segi didaktik
• Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan ( khususnya evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
• Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi:
 Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha(prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
 Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik ditengah-tengah kelompok.
 Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.
 Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
 Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
 Membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing.

3. Segi Administrative
Secara Administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu
• Memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur termasuk peserta didik itu sendiri.
 Dalam melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik itu pada umumnya tertuang dalam bentuk Buku Laporan Kemajuan Belajar Siswa, yang lebih dikenal dengan istilan Rapor (untuk peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah), atau Kartu Hasil Studi (KHS), bagi peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, yang selanjutnya disampaikan kepada orang tua peserta didik tersebut pada setiap catur wulan atau akhir semester.
• Memberikan bahan-bahan keterangan data (Lulus atau Tidak)
 Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan : apakah seorang peserta didik dapat dinyatakan tamat belajar, dapat dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus ataukah tidak lulus, dan sebagainya.
• Memberikan gambaran ( IPA,IPS,AGAMA)
 Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar peserta didik setelah dilakukannya evaluasi hasil belajar. Dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai jenis mata pelajaran misalnya, akan dapat tergambar bahwa dalam mata pelajaran tertentu (misalnya Bahasa Arab, matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) pada umumnya kemampuan peserta didik masih sangat memprihatinkan. Sebaliknya, untuk mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Ilmu Pengetahuan Sosial misalnya, hasil belajar siswa pada umumnya sangat menggembirakan. Gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta didik juga diperoleh berdasar data yang berupa Nilai Ebtanas Murni (NEM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan lain-lain.

4. Segi sosiologis
Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.

III. FUNGSI EVALUASI BAGI SISWA :
Bagi siswa, evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan :
1. Hasil bagi siswa yang memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, tentunya kepuasan ini ingin diperolehnya kembali pada waktu yang akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada masa yang akan datang. Namun, dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang memuaskan siswa tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya hasilnya menurun.
2. Hasil bagi siswa yang tidak memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan yang akan datang dia akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar. Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah kemauannya akan menjadi putus asa.

IV. FUNGSI EVALUASI BAGI GURU
1. Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula yang belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang diharapkan.
2. Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum.
3. Dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut.
4. Bila dari hasil evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat dijadikan bahan remidial. Jadi, evaluasi dapat dijadikan umpan balik pengajaran.

V. FUNGSI EVALUASI BAGI SEKOLAH
1. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus. Melalui evaluasi terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru, maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan atau belum. Dari hasil penilaian tersebut juga sekolah dapat menetapkan langkah-langkah untuk perencanaan program berikutnya yang lebih baik.
2. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu jika hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan tanda-tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan baik, maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tand-tanda itu menunjukkan tidak tercapainya sasaran yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketepatan dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.
3. Mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi yang telh dilaksanakan dalam pengajaran merupakan bahan informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran.
4. Untuk meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan kemajuan yang dicapai dalm pengajaran akan mendorong bagi sekolah atau guru untuk terus meningkatkan prestasi kerja yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi.

VI. FUNGSI EVALUASI DI LIHAT BERDASARKAN JENIS EVALUASI :
1. Kurikuler
 Alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran.

2. Diagnostik
 Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
 Dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
 Disini evaluasi berfungsi memeriksa (= mendiagnose), yaitu memeriksa pada bagian-bagian manakah para peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya.
 Dapat menberikan penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.

3. Instruksional
 Alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar.
 Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
 Melakukan perbandingan antara Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik bagi masing-masing mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

4. Seleksi
 Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
 Memberikan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut.
 Sebagai penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria tertentu.
 Evaluasi pendidikan dilakukan untuk menetapkan, apakah seorang peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, dapat dinyatakan naik kelas ataukah tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu ataukah tidak, dapat diberikan bea siswa, ataukah tidak dan sebagainya.

5. Penempatan
 Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
 Evaluasi sangat diperlukan untuk dapat menentukan secara pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan. Dengan kata lain, evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan peserta didik menurut kelompoknya masing-masing, misalnya kelompok atas (= cerdas), kelompok tengah (= rata-rata), dan kelompok bawah (= lemah).

6. Fungsi bimbingan
 Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
 Berlandaskan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik, misalnya tentang bagaimana cara belajar yang baik, cara mengatur waktu belajar, cara membaca dan mendalami buku pelajaran dan sebagainya, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.

7. Formatif
 Memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
 Sebagai penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar

8. Sumatif
 Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
 Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
 Untuk memberikan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan.

MANFAAT EVALUASI
I. SECARA UMUM
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
 Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
 Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
 Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM

II. BAGI GURU
Evaluasi bermanfaat bagi guru untuk :
1. Mengukur kompetensi atau kapabalitas siswa, apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga dapat menentukan tindakan perbaikan yang cocok yang dapat diadakan
3. Memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang digunakan.
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pengajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
6. Memberikan umpan balik kepada kita informasi bagi pengontrolan tentang sesuai tidaknya pengorganisasian belajar dan sumber belajar.
7. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tersebut.
Atas dasar ini, faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberian angka. Melainkan sebagai dasar feed back. Feed back itu sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses belajar mengajar itu kontinyu, karenanya perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Bila evaluasi merupakan feed back sebagai dasar memperbaiki sistem pengajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan proses pangajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebaliknya bila evaluasi hanya dilaksanakan di akhir suatu program (sumatif) catu balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi.
Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pengajaran hendaknya dilaksanakan setiap kali proses belajar mengajar untuk suatu topik tertentu. Namun demikian evaluasi sumatif pun perlu dilaksanakan untuk pengembangan sistem yang lebih luas.
Dari tujuan dan manfaat evaluasi yang di atas, menjelaskan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya untuk mengisi raport anak didik, tetapi juga untuk :
 Menseleksi anak didik
 Menjuruskan anak didik
 Mengarahkan anak didik kepada kegiatan yang lebih sesuai denganpotensi yang dimilikinya.
 Membantu orang tua untuk menentukan hal yang paling baik untuk anaknya, untuk membina dan untuk mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik
Yang penting dengan mengadakan evaluasi sebagai guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangannya dalan menyampaikan materi pelajaran. Sehingga ia dapat menata kembali atau menggunakan strategi baru dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Di dalam telaah teori dan berdasarkan pendapat para ahli, telah mencantumkan tujuan serta manfaat evaluasi di akhir pelajaran. Selain menilai hasil belajar murid, evaluasi juga menilai hasil mengajar guru dengan kata lain, guru dapat menilai dirinya sendiri dimana kekurangan dan kelemahannya dalam mengajar, sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
III. BAGI SISWA
 Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran: Memuaskan atau tidak memuaskan.
 Siswa dapat memilih bidang study atau jurusan yang tepat berdasarkan bakat dan kemampuannya.
 Siswa yang hasil belajarnya masih kurang dapat mengikuti bimbingan secara intensif yang diadakan oleh guru/ sekolah.
 Siswa dapat dikelampokkan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing siswa jadi tidak ada yang dirugikan.

IV. BAGI SEKOLAH
 Hasil belajar cermin kualitas sekolah, jika dari hasil evaluasi bagus maka itu dapat menjadi cermin bahwa sekolah itu juga mempunyai mutu yang bagus baik dari segi kompetensi guru maupun kurikulum.
 Membuat program sekolah , dari evaluasi dapat diketahui tingkat kemampuan siswa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan program sekolah.
 Pemenuhan standar, hasil evaluasi akan memcerminkan apakah sekolah tersebut sudah memenuhi standar ddari pemerintah atau tidak.

V. BAGI MASYARAKAT
 Sebagai tolak ukur orang tua untuk memilih sekolah yang tepat dan bermutu bagi anaknya.
 Penilaian masyarakat terhadap kualitas dan kuantitas dari sekolah yang bersangkutan.

GREEK NUMBER SYSTEM & ARABIC NUMERALS

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ribuan tahun yang lalu tidak ada nomor untuk mewakili "dua" atau "tiga". Sebaliknya jari, batu, tongkat atau mata digunakan untuk mewakili angka. Tidak ada jam atau kalender untuk membantu melacak waktu. Matahari dan bulan digunakan untuk membedakan waktu. Kebanyakan peradaban tidak memiliki kata-kata untuk angka yang lebih besar dari dua jadi manusia harus menggunakan istilah asing bagi manusia seperti kawanan domba, tumpukan gandum, atau banyak orang. Kertas dan pensil tidak tersedia untuk menuliskan nomor. Metode demi metode lainnya diciptakan untuk sarana komunikasi dan pengajaran sistem numerik.
Untuk membantu hal tersebut dilakukan pengembangan matematika baru, berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru dalam membentuk suatu system angka atau bilangan. Dengan adanya system bilangan maka akan sangat membantu manusia untuk berkomunikasi, belajar, dan berhitung.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yakni seperti apakah system bilangan yang berkembang dari jaman terdahulu, khususnya Sistem Bilangan Yunani dan Sistem Bilangan Arab.
C. TUJUAN
Karena kehidupan kita tak pernah lepas dari yang namanya sejarah, maka dari sini kita akan dibukakan seperti apakah system bilangan pada jaman terdahulu. Sehingga kita bisa tahu, mengerti, memahami, khususnya Sistem Bilangan Yunani dan Sistem Bilangan Arab. Tentu harapannya adalah implementasi dari suatu ilmu yang akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan pengembangan matematika.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. SISTEM BILANGAN YUNANI
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M. Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut Matematika Helenistik.
Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang yang digunakan untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan penalaran deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi dan aksioma, dan menggunakan kekakuan matematika untuk membuktikannya.
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.
Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.
Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih digunakan oleh matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan bilangan prima.
Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar.
Jumlah sistem Yunani pertama yang kita kaji adalah SISTEM ACROPHONIC mereka yang digunakan dalam milenium pertama SM. 'Acrophonic' berarti bahwa simbol untuk angka berasal dari huruf pertama dari nama nomor, sehingga simbol yang telah datang dari sebuah singkatan dari kata yang digunakan untuk nomor tersebut. Berikut adalah simbol untuk nomor 5, 10, 100, 1000, 10000.



Berikut ini adalah 1-10 dalam jumlah acrophonic Yunani.


Menggabungkan angka acrophonic.



Bentuk yang berbeda-beda 50 di Amerika Yunani yang berbeda.


Ada 24 huruf dalam alfabet Yunani klasik dan ini digunakan bersama dengan 3 huruf yang lebih tua yang telah gugur dari penggunaan. huruf ini adalah :

Dari jumlah tersebut telah diberikan kedua versi huruf besar dan huruf kecil dari 24 huruf klasik. Digamma/vau surat, koppa, dan sampi adalah huruf usang. Meskipun tidak diberikan simbol mereka dalam tabel di atas, tapi simbol-simbol mereka muncul dalam tabel angka di bawah ini. Kesembilan pertama surat-surat ini diambil sebagai simbol untuk 1, 2,…9.




Perhatikan bahwa 6 diwakili oleh simbol untuk surat digamma/vau usang.
Sembilan berikutnya surat-surat itu diambil sebagai simbol untuk 10, 20, ... , 90



Perhatikan bahwa 90 adalah diwakili oleh simbol untuk surat koppa usang.
Huruf tersisa sembilan diambil sebagai simbol untuk 100,, 200 ... , 900



Perhatikan bahwa 900 diwakili oleh simbol untuk surat sampi usang.
Kadang-kadang ketika surat ini ditulis untuk mewakili angka, bar diletakkan di atas simbol untuk membedakannya dari huruf yang sesuai.
Sekarang nomor terbentuk oleh prinsip aditif. Misalnya 11, 12, ... , 19 ditulis:


Angka yang lebih besar dibangun di jenis cara yang sama. Sebagai contoh di sini adalah 269.

Angka-angka antara 1000 dan 9000 terbentuk dengan menambahkan subscript atau superscript sedikitpun kepada simbol untuk 1 sampai 9.

Bentuk pertama 1000, ..., 9000
Bentuk kedua 1000, ..., 9000
M simbol dengan angka kecil untuk jumlah sampai dengan 9999 yang ditulis di atas itu berarti bahwa jumlah dalam angka kecil dikalikan dengan 10000. Oleh karena itu menulis β di atas diwakili M 20.000 :


Demikian pula ditulis di atas diwakili M 1230000 :

BERDASARKAN TOKOH :
1. THALES (± 624 – 548 SM)
Thales dilahirkan di Militus. Dimasa mudanya Thales aalah seorang pedagang yang membawanya pergi jauh dari negerinya. Dalam kunjungannya ke negeri-negeri yang lain, Thales berkesempatan menambah pengetahuannya dalam bidang matematika, alam dan astronomi. Thales mengemukakan lima teorema tentang geometri, yang mungkin diperolehnya dari hasil perjalanannya. Teorema tersebut adalah:
• Suatu lingkaran dibagi dua sama besar oleh diameternya.
• Sudut-sudut alas suatu segitiga sama kaki adalah sama.
o Pasangan sudut siku-siku yang dibuat oleh dua garis yang berpotongan adalah sama.
• Dua segitiga adalah sama dan sebangun apabila dua sudut dan satu sisinya sama.
• Suatu sudut yang dilukis dalam setengah lingkaran adalah siku-siku.
Dalam bidang astronomi, Thales dikagumi karena Thales sudah dapat memprediksi gerakan ellips matahari dalam peredarannya dalam satu tahun.
2. PHYTAGORAS
Sama halnya dengan Thales, Phytagoras juga pernah belajar di Mesir, Babylonia, dan India. Sekembalinya dia dari perjalanan ke luar negeri, Phytagoras mendirikan sebuah sekolah di Crotona yang memberikan pelajaran falsafah, matematika dan ilmu pengetahuan alam.
Motto dari Phytagoras yang terkenal adalah “semua adalah bilangan” atau “bilangan menguasai seluruh alam”. Dalam hal ini, bilangan dianggap sebagai sejumlah titik dalam konfigurasi geometri, yang menggambarkan mata rantai antara geometir dan aritmatika. Phytagoras dan pengikutnya membangun bilangan-bilangan figurative dimana banyak teorema menarik yang dapat dibuat dengan bilangan figurative ini, antara lain:
• Bilangan triangular
• Bilangan bujursangkar
• Bilangan pentagon
• Bilangan hexagon
• Bilangan persegi panjang
Bilangan lainnya yang dianggap sebagai hasil temuan Phytagoras adalah bilangan bersahabat dan bilangan sempurna. Suatu bilangan dikatakan bilangan bersahabat apabila bilangan yang pertama sama dengan jumlah pembagi murni bilangan kedua, dan bilangan kedua sama dengan pembagi murni bilangan pertama. Sedangkan untuk bilangan sempurna apabila jumlah pembagi murni suatu bilangan sama dengan bilangan itu sendiri.
3. ANAXAGORAS
Anaxagoras dilahirkan di Clazomenae dan meninggal kira-kira tahun 428 SM. Dia pernah dipenjarakan di Athena karena dia mengatakan bahwa matahari bukanlah dewa yang harus disembah, melainkan hanyalah sebuah benda besar yang berpijar. Pendapat ini sangat bertentangan dengan kepercayaan masyarakat ketika itu sehingga Anaxagoras dimusuhi oleh masyarakat. Kemudian Anaxagoras menerbitkan buku yang berjudul “On Nature”. Dengan terbitnya buku tersebut, pendapat Anaxagoras mengenai alam semesta mulai berkembang di tengah masyarakat dan akhirnya karya Anaxagoras ini menjadi buku yang sangat popular di zaman itu.
4. HIPPOCRATES
Hippocrates dilahirkan di Chios kira-kira tahun 460 SM. Hippocrates menulis buku yang berjudul “Element of Geometry”. Menurut teorema Hippocrates, segment-segment yang sebangun dari lingkaran-lingkaran yang mempunyai ratio yang sama dengan kuadrat-kuadrat alasnya. Hippocrates mendemonstrasikan teoremanya ini dengan memperlihatkan bahwa luas dua lingkaran adalah berbanding lurus dengan kuadrat diameter-diameternya.

5. ARCHYTAS
Archytas dilahirkan di Torentum kira-kira 428 SM. Dia adalah seorng jenderal dan negarawan sekaligus seorang pengikut Phytagoras yang menempatkan aritmatika diatas geometri. Archytas adalah orang yang sangat perhatian dengan pendidikan dan kurikulum sekolah. Dia membagi matematika atas empat cabang matematika, yakni aritmatika, geometri, musik dan astronomi. Salah satu karya Archytas yang menonjol adalah penyelesaian Delion Problem dengan tiga dimensi yang melibatkan kerucut dan silinder, yang merupakan langkah pertama kepada geometri analitik.
6. DEMOCRITUS
Democritus dikenal sebagai penganut paham “Doctrin Materialistik”. Dia pernah melakukan perjalanan ke Mesir dan Babylonia. Democrats banyak menulis tentang matematika, beberapa buku diantaranya adalah : on numbers, on geometry, on irrational. Disamping Democritus juga banyak menulis risalah-risalah dalam bidang matematika dan kimia.
7. PLATO (428 348 SM)
Meskipun tidak banyak menghasilkan karya-karya dalam bidang matematika, namun Plato adalah seorang inspirator aktivitas matematika, dimana dia banyak membantu mathematician lainnya dalam pengembangan matematika. Salah satu penemuan khusus dari Plato dalam bidang matematika adalah penemuannya tentang rumus triple phytagoras. Pentingnya Plato dalam sejarah matematika adalah karena perannya yang sebagai pemancing inspirasi dan bimbingannya terhadap teman-teman seangkatannya.
Dalam karyanya “Republic”, Plato mengatakan bahwa “aritmatika mempunyai efek yang besar sekali, yaitu memaksa pikiran untuk memikirkan bilangan yang abstrak” dan “bilangan adalah raja dari kelahiran buruk dan baik”. Dari apa yang telah dilakukan dan dihasilkan Plato, dapat diambil kesimpulan bahwa Plato mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan matematika. Akademi Plato di Athena merupakan pusat matematika dunia pada waktu itu. Dan dari seklah Plato ini muncul guru-guru dan peneliti-peneliti matematika yang kenamaan pada zamannya, seperti Eudoxus.
8. EUDOXUS (408 – 355 SM)
Eudoxus adalah salah seorang murid Plato.Dalam bidang matematika, Eudoxus memperkenalakan hal baru mengenai perbandingan seharga. Dimana a/b = c/d jika dan hanya jika diketahui bilangan m dan n, bilangan ma < nb, maka mc < nd, atau jika ma = nb, maka mc = nd, atau jika ma > nb, maka mc > nb.
Disamping defenisi mengenai perbandingan seharga, Eudoxus menemukan lagi suatu aksioma yang sering disebut dengan”aksioma kontuinitas”. Aksioma ini menyatakan bahwa: apabila diketahui dua besaran yang mempunyai suatu ratio (artinya bilangan tersebut tidak ada yang sama dengan nol) maka dapat dicari suatu pengali sehingga salah satunya lebih besar dari yang lain.
9. MENAECHMUS
Menaechmus adalah salah seorang murid dari Eudoxus. Dia menemukan kurva-kurva baru yang dikenal dengan ellips, parabola, dan hiperbola. Dengan mengenal kurva-kurva baru ini, maka problem Delion dengan mudah dapat diselesaikan.
10. HIPPIAS
Hippies dilahirkan di Ellis. Hippies banyak sekali menulis naskah, baik mengenai matematika, maupun pidato-pidato, tetapi semua hasil karya Hippias ini tidak dapat ditemukan. Hippies memperkenalkan bentuk kurva yang lain dari kurva, garis lurus dan lingkaran, yang lebih dikenal dengan trisectrix/.quadratrix dari Hippias. Kurva Hippias ini lebih dikenal dengan quadratrix, sebab kurva ini dapat digunakan untuk mengkuadratkan suatu lingkaran.
11. DINOSTRATUS
Dinostratus adalah orang yang menemukan penyelesaian pengkuadratan suatu lingkaran,. Yaitu dengan bantuan trisectrix nya Hippias. Karena trisectrix Hippias ini dapat digunakan untuk mengkuadratkan lingkaran, maka kurva trisectrix ini lebih sering disebut quadratrix.
12. ARISTOTLE (388 – 322 SM)
Karyanya yang berjudul “On Indivisible Lines” cukup menjadi pembicaraan orang ramai. Isi dari risalah ini mengenai indivisible (tak dapat dibagi). Aristotle juga menulis biografi tentang Phytagoras, namun karyanya ini hilang. Diskusi-diskusi dan ceramah-ceramah yang dilakukannya mengenai adanya infinito (tak terhingga) dalam aritmatika dan geometri mempengaruhi penulis-penulis berikutnya terhadap dasar-dasar matematika.



B. SISTEM BILANGAN ARAB
Angka Arab atau angka Hindu atau angka Hindu-Arab adalah sepuluh digit (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Yang diturunkan dari sistem angka Arab-Hindu dikembangkan oleh matematikawan India, di mana suatu urutan angka seperti contoh "985" dibaca sebagai keseluruhan nomor . Angka-angka India telah diadopsi oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan kepada orang-orang Arab barat lebih lanjut. Dari sana mereka dikirim ke Eropa di Abad Pertengahan. Penggunaan angka Arab tersebar di seluruh dunia melalui perdagangan Eropa, buku dan kolonialisme .
Seperti sejarah angka mereka (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9) yang lebih tepat dikenal sebagai Hindu atau Hindu-angka Arab. Alasan bahwa mereka lebih dikenal sebagai "angka Arab" di Eropa dan Amerika adalah bahwa mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad kesepuluh dari Arab Afrika Utara, yang kemudian menggunakan angka dari Libya ke Maroko. Eropa tidak tahu tentang angka 'akar di India kuno, jadi mereka beri nama " angka Arab".
Dalam bahasa Inggris, bahasa Arab istilah angka bisa ambigu. Hal ini paling sering merujuk pada sistem angka banyak digunakan di Eropa dan Amerika. Angka Arab, adalah nama konvensional untuk seluruh sistem terkait bahasa Arab dan angka India. Mungkin juga dimaksudkan untuk angka yang digunakan oleh orang Arab, dalam hal ini umumnya mengacu pada angka-angka Arab Timur (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩).

Angka Hindu-Arab sistem desimal ditemukan di India sekitar 500 Masehi. Sistem yang revolusioner adalah termasuk nol dan notasi posisional . Hal ini dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan matematika.
Meskipun frase "bahasa Arab angka" sering dikapitalisasi, kadang-kadang ditulis dalam huruf kecil: misalnya, dalam entri dalam kamus bahasa Inggris Oxford . Hal ini membantu membedakannya dari "angka Arab" sebagai angka-angka Arab Timur khusus untuk orang-orang Arab.
Berikut adalah contoh dari bentuk awal dari angka India di bagian timur dari kerajaan Arab. Ini berasal dari karya al-Sijzi, bukan karya asli oleh dia melainkan karya matematikawan yang lain, disalin di Shiraz dan tanggal salinan 969.
Angka-angka dari-Sizji's risalah al dari 969


Angka-angka telah mengubah bentuk 100 tahun kemudian saat salinan dari salah satu al-Biruni 's teks astronomi dibuat. Berikut adalah angka saat mereka muncul dalam salinan di tahun 1082.
Angka-angka dari-Biruni's risalah al disalin di 1082



Mungkin karena putaran ahli Taurat tidak memiliki banyak pengalaman pada saat penulisan angka India, mereka menulis 2 dan 3 cara yang benar alih-alih menulis mereka dirotasi sebesar 90 ° sehingga akan muncul dengan benar saat gulir itu diputar untuk dibaca.


Berikut adalah contoh dari apa yang seharusnya ditulis oleh penulis



dan di sini adalah apa yang sebenarnya ditulis juru tulis


Bentuk angka di bagian barat kerajaan Arab terlihat lebih akrab bagi mereka yang menggunakan angka Eropa.
al-Banna al-Marrakushi's bentuk angka




Contoh yang masih hidup pertama dari angka India ada dalam sebuah dokumen di Eropa. Namun, jauh sebelum masa al-Banna. Angka muncul dalam Codex Vigilanus disalin oleh seorang pendeta di Spanyol pada 976. Namun bagian utama Eropa tidak siap saat ini untuk menerima ide-ide baru apapun. Penerimaan lambat, bahkan sampai abad kelima belas ketika matematika Eropa dimulai, pembangunan yang cepat terus berlangsung sampai sekarang. Dan satu hal yang sangat penting. Fibonacci menulis dalam bukunya yang terkenal Liber Abaci yang diterbitkan di Pisa pada 1202.
Angka, waktu perjalanan dari India ke Eropa




BERDASARKAN TOKOH :
LEONARDO OF PISA (kira² 1170-1240)
Yang juga dikenal sebagai Fibonacci (son of Bonaccio), adalah orang Italia dan merupakan ahli matematika Barat pertama yang terkemuka setelah merosotnya sains Yunani kuno. Dia adalah putra pedagang di kota Pisa.
Leonardo lalu berkelana ke Afrika Utara. Dia paling terkenal karena tulisannya yang berjudul Buku Berhitung (Liber abbaci). Kata abbaci (berasal dari kata abakus) bukan berarti papan hitung tapi berarti cara berhitung secara umum. Edisi bukunya yang pertama terbit di tahun 1202, dan ditulis ulang di tahun 1228. Bukunya dibaca banyak orang di seluruh Eropa dan buku ini mengandung aturan² berhitung yang menggunakan angka² India. Contoh² perhitungan yang diajukan seringkali berasal dari contoh² penjabaran versi Arab, tapi hal ini disaring melalui cara Leonardo yang kreatif sehingga sari asli angka² India muncul murni. Angka² India menghadapi banyak penolakan selama beberapa generasi di Eropa tapi perlahan-lahan angka² ini dipakai luas dalam masa Renaisans, terutama oleh para pedagang Italia. Mereka lebih memilih angka² India karena lebih singkat dan praktis dibandingkan angka² Romawi yang rumit, meskipun angka Romawi masih dipakai untuk tujuan terbatas dalam negara² Barat di abad ke 21.
Indian kuno diwakili nol sebagai sebuah lingkaran dengan sebuah titik di dalam. Kata 'nol' berasal dari bahasa Arab "al-sifr". Sifr pada gilirannya merupakan transiliteration dari kata Sansekerta "soonya" arti batal atau kosong, yang kemudian menjadi istilah untuk nol. Ini dan sistem angka desimal terpesona ulama Arab yang datang ke India. Matematikawan arab Al-Khowarizmi (790 AD - 850 AD) menulis Hisab-al-Jabr wa-al-Muqabala (Perhitungan Integrasi dan Persamaan) yang membuat angka-angka India populer. "Soonya" menjadi "al-sifr" atau "sifr". Dampak dari buku ini dapat dinilai oleh kenyataan bahwa "al-jabr" menjadi "Aljabar" dari hari ini.
Italia Leonardo Fibonacci (1170 AD - 1230 AD) mengambil sistem nomor ini ke Eropa. Bahasa Arab "sifr" disebut "zephirum" dalam bahasa Latin, dan memperoleh banyak nama-nama lokal di Eropa termasuk "nol". Pada awalnya, para pedagang yang digunakan untuk angka Romawi menemukan sistem desimal ide baru, dan angka-angka ini disebut sebagai "angka kafir", sebagai orang-orang Arab disebut kafir karena mereka telah menyerbu tanah suci Palestina.
Namun, sekarang sistem ini disebut sistem Hindu-Arab. Sistem posisi ini mewakili integer revolusi perhitungan matematis dan juga membantu dalam navigasi Astronomi dan akurat. Penggunaan sistem posisi untuk menunjukkan pecahan diperkenalkan sekitar 1579 Masehi oleh Francois Viete. Titik untuk titik desimal datang untuk digunakan beberapa tahun kemudian, tetapi tidak menjadi populer hingga digunakan oleh Napier.







BAB 3
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa system bilangan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, mengikuti peradaban bangsanya. Dari sini kita juga bisa mengetahui dan memahami system bilangan yang ada di Yunani dan Arab, dengan berbagai macam keunikannya masing-masing. Tentunya tidak lepas dari peranan para ilmuwan yang telah membantu kemajuan system tersebut. Sehingga system bilangan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu matematika.



DAFTAR PUSTAKA
http://anita-mayasari.blogspot.com/2009/01/sejarah-matematika-secara-geografis-1.html
http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/HistTopics/Arabic_numerals.html
http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/HistTopics/Greek_numbers.html
http://khvmathematics.blogspot.com/2008/01/story-of-zero.html
Burton, David M. Sejarah Matematika - Pengantar. Dubuque, Iowa: William C. Brown, 1988.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Bab ini tentang “Manusia, Keragaman dan Kesetaraan” yakni dapat menyadarkan kepada manusia bahwa keragaman merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia. Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia. Untuk konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya ketiga hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan, tatkala berbicara tentang keragaman, hal itu mesthi dikaitkan dengan kesetaraan. Mengapa? Karena keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan diskriminasi : kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang lain; atau kelompok umur tertentu bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya. Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian. Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di Indonesia menjadikan pertemuan antar orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi. Hal itu tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi sebuah konflik yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan  masyarakatnya mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan. Namun, sebelum membahas mengenai bagaimana memahami keragaman dan kesetaraan dan juga bagaimana mengelola keragaman yang ada dengan segala persoalan dan tantangannya, pembahasan akan dimulai dengan memusatkan perhatian pada manusia itu sendiri. Dalam perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat dan dramatis seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang manusia yang senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang menjadikannya selalu berada dalam ketegangan antara diri sendiri dan orang lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan orang lain, konsep mengenai masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang terus perlu dipertimbangkan ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari sebuah masyarakat.

  1. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana manusia dan kedudukannya?
2.      Bagaimana  hakekat keragaman dan kesetaraan manusia?
3.      Bagaimana hubungan keragaman dalam dinamika sosial dan budaya?
4.      Bagaimanakah hubungan manusia, keragaman, dan kesetaraan di Imdonesia?

  1. TUJUAN
Tujuan instruksional pokok bahasan ini adalah mengantar kita pada kompetensi yang berwawasan sosial-budaya, yang dengan hal ini ketika berkarya dalam masyarakat, diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, luas, sistemik-ilmiah, peka dan empatik secara sosial-budaya, demokratis, beradab, serta terampil dan arif dalam mencari solusi pemecahan masalah sosial-budaya. Sesuai dengan urutan bahasan yaitu :
1.      Menjelaskan manusia dan kedudukannya
2.      Menganalisis hakekat keragaman dan kesetaraan manusia
3.      Menjelaskan keragaman dalam dinamika sosial dan budaya
4.      Mengkaji manusia, keragaman, dan kesetaraan di Indonesia


KERANGKA BERPIKIR
32-Point Star: KERAGAMAN
Left-Right Arrow: KESETARAAN
 






PEMBAHASAN
  1. MANUSIA DAN KEDUDUKANNYA
(RESPONSIVITY dan RESPONSIBILITY)
Manusia dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia adalah individu (makhluk tunggal) yang mampu menjalani hidupnya dalam sebuah konteks yang disebut masyarakat.
Masyarakat itu sendiri  konsep yang didalamnya manusia menjadi unsur penting. Sebab didlam masyarakat juga ada unsur lain seperti peraturan, norma dan sistem (pendekatan secara sosiologis), kebudayaan sebagai cara hidup (pendekatan etnografik), ruang sebagai tempat kehidupan, baik ruang dalam tataran pengertian sebagai gagasan (pendekatan kualitatif), maupun sebagai unit (spatial) yang nyata dengan batas-batasnya (pendekatan ekologis).
Manusia mulai mengenal dirinya sebagai subyek ketika Rene Descartes mengumandangkan pendekatan ego-cogito (cogito ergosum : saya berpikir maka saya ada). Keberadaan manusia ditentukan oleh cara berpikirnya, atau manusia menjadi manusia karena cara berpikirnya. Disamping kemampuan berpikir dan hidup saling berdampingan, manusia hidup dalam dimensi rentang waktu dan sejarah, yang membawanya kedalam alam kesadaran kelampauan, kekinian, maupun kemasadepanan. Martin Buber (1958) menolong  manusia melihat bahwa ada pihak lain yang  justru lebih berkuasa yaitu Tuhan. Bahwa pendekatan  ego-cogito tidaklah cukup. Sebagaimana dialami manusia Jawa, dalam kesadaran penuhnya akan eksistensi kelampauan, kekinian, maupun kemasadepanan yang direnungkan dalam filsafat Sangkanparaning dumadi, mereka senantiasa berupaya mencari jawab : “darimana aku berasal, apa tugas dalam hidupku kini, dan kemana aku menuju kelak di akhir hayat?”.
Manusia dalam masyarakat bukanlah manusia yang pasif. Manusia itu bertindak, yang karenanya tindakan sosial manusia menjadi penting. Berkaitan dengan tindakan sosial inilah, keberadaan orang lain merupakan prasyarat mutlak, karena tidak ada tindakan sosial yang terarah pada dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakatnya, maka pertanyaan mengenai “siapa aku” (who am I) sangat terkait erat juga dengan pertanyaan “siapa kita” (who we are). Menurut Hebermas, tindakan manusia tidak cukup hanya direduksi pada aspek kerja, baik yang didasarkan pada rasionalitas (Weber), atau pada lingkungan material yang mengitarinya (Marx) yang mencakup pada soal mencipta, berpikir maupun kerja praktis lainnya, namun juga aspek komunikatif, yang menekankan relasi antar orang yang dilaksanakan melalui bahasa.
Melalui pendekatan praktis komunikatif inilah ada dua fungsi penting yang perlu diperankan seorang manusia dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya.
Fungsi pertama adalah responsivity, yaitu fungsi yang berkaitan erat dengan dimensi deskriptif manusia. Fungsi ini mencakup kegiatan yang berada di wilayah kebudayaan dan pikiran yang bersifat instrumental, berkaitan dengan relasi bersama orang lain. Misalnya, bagaimana membangun sistem keamanan desa yang baiksecara partisipatif; atau bagaimana mengembangkan budaya dan lingkungan yang membuat anak-anak muda merasa nyaman bergaul satu sama lain; atau bagaimana menciptakan kesenian yang baik dan bisa diterima oleh semua pihak.
Fungsi kedua responsibility berkaitan erat dengan fungsi etika, moral, kewajiban dan hak dari setiap orang sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat. Tujuan dri responsibility adalah bagaimana tujuan hidup dan hidup manusia bis dilaksanakan atau terlaksana tanpa gangguan orang lain dalam masyarakat. Responsibility berusaha untuk membangun pemahaman yang menuju pada terciptanya sebuah masyarakat yang berkeadilan. Oleh karena itu hak asasi manusia (HAM) menjadi bagian dari fungsi responsibility orang dalam masyarakat.
Pada fungsi atau aspek responsivity tekanan diletakkan dalam konteks bagaimana orang dapat melakukan tindakan yang berkaitan dengan aspek pemikiran dan kebudayaan.
Sementara aspek reponsibility menjaga supaya kegiatan pemikiran dan kebudayaan tidak melanggar atau memunculkan ketidakadilan terhadap pihak lain.
Melalui dua fungsi ini diharapkan manusia dalam bermasyarakat dapat mengembangkan kegiatan yang mendukung identitas individunya secara bebas, tetapi semua itu harus diletakkan dalam konteks membangun kehidupan manusia yang lebih bermartabat, berguna dan berkeadilan.
  1. HAKEKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA
Keragaman manusia sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit hitam ladalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat.
Martin Buber (1985) menjelaskan pada pendekatan “saya-engkau” bahwa manusia menjadi memahami identitasnya ketika berhadapan dengan Tuhan sebagai Engkau, bahwa manusia itu lemah dihadapan Tuhan. Dengan kata lain, keberadaan manusia satu dengan yang lain menjadi setara, karena mereka adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Seringkali manusia tidak mampu mentransformasikan kontradiksi di dalam dirinya bahwa dirinya adalah menjadi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan orang lain yang sama. Kontradiksi dalam pikiran, perkataan, dan tindakan inilah yang melahirkan konflik antar orang. Seharusnya hubungan manusia dengan Tuhan yang bertujuan memulihkan jiwanya menjadi manusia utuh, menjadi sumber dan kerangka membangun hubungan antar manusia. Melalui relasi tersebut, manusia yang utuh membagi makna absolute yang tidak akan dipahami melalui diri sendiri.
Perspektif HAM yang sejalan dengan perspektif agama, merupakan dasar secara hukum, politik, social budaya, ekonomi, dan moral mengenai pernyataan bahwa pada dasarnya adalah setara dan sederajat, walau ada perbedaan di antara mereka. Dokumen HAM merupakan dasar yang diakui oleh hampir semua bangsa di dunia bahwa –tidak ada pengecualian- semua manusia adalah sama dan sederajat. Oleh karena itu segala bentukbentuk perendahan, penindasan, dan tindakan lain yang bertujuan mendeskriminasi perlu dihilangkan dan dilawan.
Dari uraian diatas secara jelas menyebutkan bahwa manusia pada hakekatnya adalah sama dan sederajat. Perbedaan secara fisik tidak dapat menjadi dasar atau legitimasi bagi munculnya tindakan yang bertujuan meniadakan keberadaan orang lain. Sebab, dengan beertindak meniadakan atau menghancurkaan orang lain, sebet ulnya pada saat yang sama sedang terjadi pengingkaran terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk yang juga berharga. Justru keragaman itu menjadi penanda bahwa seharusnya dalam kehidupan bersama satu sama lain bisa saling melengkapi. Seperti mozaik yang terdiri dari banyak macam kaca dan bisa membentuk sebuah gambar yang bagus, demikian juga keragaman seharusnya saling mengisi untuk membentuk sebuah kehidupan masyarakat yang penuh keindahan dan harmoni.

  1. KERAGAMAN DALAM DINAMIKA SOCIAL DAN BUDAYA
      Keragaman atau kemajemukan dalam masyarakat selalu membawa perubahan dan perkembangan atau dinamika sehingga masyarakat menjadi dinamis. Kemajemukan dalam masyarakat dibedakan ke dalam dua hal yang saling berkaitan, yaitu:
1.      KEMAJEMUKAN SOSIAL
Kemajemukan social, berkaitan dengan relasi antar orang atau antar kelompok dalam masyarakat. Misalnya : perbedaan jenis kelamin, asal usul keluarga atau kesukuan, perbedaan ideology atau wawasan berpikir, perbedaan kepemilikan barang-barang atau pendapatan ekonomi.
Kemajemukan social dapat dibedakan dalam 3 hal penting :
Ø  Perbedaan Gender atau Seksualitas
Gender merupakan kerangka social yang diciptakan manusia untuk membedakan laki-laki dan dan perempuan. Kerangka social ini tidak dibangun secara ilmiah tetapi dibangun berdasarkan prasangka yang berkembang dalam masyarakat, misalnya perempuan selalu diidentikkan dengan manusia yang lemah dan cengeng, oleh karenanya wajar jika perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin dalam masyarakat. Padahal, tidak selalu setiap perempuan adalah seperti yang dibuat dalam kerangka gender tersebut. Sementara itu seksualitas adalah pembeda karena jenis kelamin. Karena perbedaan seks bersifat kodrati, maka yang bisa melahirkan dan menyusui hanyalah perempuan.


Ø  Perbedaan Etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga
Dalam masyarakat kuno nama seseorang kadang menunjukkan derajat kebangsawanan mereka. Tetapi masyarakat modern sekarang ini tidak lagi mengaitkan nama dengan nama desa asal, tapi tergantung dari keluarga masing-masing pemilik nama. Sekarang banyak orang mengambil nama dari suku lain, bahkan bangsa lain yang tidak punya ikatan sama sekali. Terlepas dari perubahan apapun yang terjadi, etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga merupakan cirri pembeda seseorang, kendatipun kemurniannya mulai menipis lantaran frekuensi perkawinan campur antar antarsuku mulai meningkat.
Ø  Perbedaan Ekonomi
Perbedaan ini paling mudah dilihat, yang dalam terminology Marxisme tampak sebagai perbedaan kelas social (golongan kaya-miskin), yang sering menimbulkan ketegangan dan konflik antar golongan.
2.      KEMAJEMUKAN BUDAYA
Kemajemukan budaya, berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani hidup. Misalnya: cara memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah, perbedaan dalam menerapkan pola pengelolan keluarga; atau singkatnya dapat disebutkan bagaimana seseorang memandang dunia, masyarakat dan kehidupan di dalamnya.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang sebagai fakta,  keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun bisa juga menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Keragaman budaya sangat erat kaitannya dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani hidup semisalnya cara menjalani hidup, cara memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah sebagai ekspresi keyakinan kepada Tuhan, cara memandang dunia, masyarakat beserta kehidupan di dalamnya. Contohnya : mengapa ada orang yang percaya dan memilih dukun untuk mengatasi masalah kesehatan, bukannya mencari dokter. Demikian pula dalam hal mendidik anak dalam keluarga. Ada yang menekankan bahwa berselisih pendapat dengan orang lain itu dianggap tidak sopan  dan mengggangu ketentraman. Karena itu, ada keluarga yang mendidik untuk tidak membantah orang lain. Keluarga ini ketika mendapat seorang aak kecil berdepat dengan orang tuanya merasa bahwa anak tersebut tidak sopan, kurang pendidikan, bahkan nakal dan kuarang ajar. Hal ini menimbulkan persoalan bagi keluarga yang tidak menekankan pendidikan bahwa anak harus penurut.
Keragaman budaya juga menjadi persoalan ketika dikaitkan dengan perbedaan social. Munculah pandangan stereotip yaitu pandangan tentang sekelompok orang yang didefinisikan karakternya kedalam grup. Pandangan tersebut bisa bersifat positif atau negatif. Sebagai contoh, suatu bangsa dapat distereotipkan sebagai bangsa yang ramah atau tidak ramah.
Biasanya ciri-ciri dalam stereotip kebanyakan negatif, seperti cara bicara dan perilaku orang batak kasar, cara bicara dan perilaku orang jawa lamban, orang cina pelit dan orang madura suka berkelahi. Sejarah juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya dan stereotip telah menimbulkan banyak persoalan. Sindiran atau pelecehan tehadap budaya pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia seperti budaya atau orang tertentu sudah di cap buruk. Karena itu dalam sejarah pernah terjadi pertobatan budaya. Penginjilan dan atau dakwah dari agama tertentu pada masa lampau mencerminkan pandangan yang menganggap bahwa suatu budaya tertentu lebih rendah dari budaya lain misalnya dalam konteks kekristenan sejarah pengijilan selalu terkait dengan perendahan dan pelecehan budaya bahwa semua orang harus bertobat dan masuk agama kristen yang baru dan menyelamatkan. Istilah budaya yang tinggi merupakan milik keraton yang dipertentagkan dengan kebudayaan rakyat, milik orang biasa dan miskin merupakan bentuk upaya membedakan sekaligus sindiran dan pelecehan antara suatu budaya dengan yang lain. Sekarang ini muncul budaya global yang datang dari barat dan negara maju berhadapan dengan budaya lokal. Budaya global tersebut  memberikan dampak positif dan negatif bagi budaya lokal.



·         Dampak positif dari budaya Global
Contoh :
ü  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan yang besar dalam bentuk dan pola tata kerja. Pada saat ini ada kecenderungan orang untuk tidak bekerja lagi di kantor, tetapi bekerja di rumah dengan menggunakan fasilitas teknologi komunikasi, seperti internet. Pada saat ini kesuksesan tiap-tiap individu dalam mendapatkan pekerjaan harus didukung oleh keterampilan dan pengetahuan yang luas terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

·         Dampak negatif dari budaya global
Contohnya :
ü  Masuknya budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya timur yang sederhana, sopan, dan santun.
ü  Fenomena anak melawan kepada orang tua
ü  Murid yang mengancam guru
ü  Perkelahian antara pelajar,
ü  Model pakaian yang tidak sesuai,
ü  Pemakaian perhiasan wanita oleh laki-laki merupakan perilaku menyimpang sebagai dampak negatif dari era globalisasi dan arus informasi yang tidak terbendung.

Keragaman budaya berkaitan erat dengan memunculkan dinamika sosial, seperti globalisasi melawan lokalisasi atau kebudayan lokal, tetapi juga bisa pada tingkat fisik seperti penghancuran gedung kembar di Amerika Serikat. Berbagai keragama yang bersifat sosial maupun budaya membawa dampak pada masyarakat, yaitu berupa perubahan sosial yang terjadi secara cepat karena adanya keragaman dan dimanika sosial. Segala perubahan sosial bisa membawa dampak negatif sekaligus positif. Keragaman sekarang muncul secara cepat akibatnya adalah perubahan dan dinamika sosial terjadi cepat.



  1. KERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL DAN BUDAYA BANGSA.

Keragaman atau perbedaan tidak selalu membawa dampak negatif. Demikian juga dengan perubahan sosial kerena munculnya perbedaan dan keragaman tidak selalu dimaknai secara negatif. Contohnya saja di dunia sepak bola sekarang ini banyak sekali klub bola yang memasukan pemain asing untuk memperkuat klubnya. Di Eropa khususnya liga Inggris dan Spanyol keragaman menjadi ciri khasnya. Bahkan klub sepak bola yang beragam menjadi juara di di liga masing-masing negara misalnya Barcelona di Spanyol, Manchester United (MU), dan Inter Milan di Italia. Bahkan di Indonesia sendiri juga cukup banyak pemain asing seperti di Persipura ada Bio dari Negro, di Sriwijaya FC ada Kayamba dan di Persib Bandung ada Gonzales. Klub MU yang merupakan klub paling beragam ada dari berbagai kebagsaan dan warna kulit mengisi klub ini seperti dari Afrika, Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Keragaman itu yang membuat MU selalu tampil segar ketika bertanding.
Terlepas dari semua MU merupakan paduan yang luar biasa dari berbagai orang dengan segala talenta dari belahan bumi untuk menghadirka sebuah sepak bola yang mampu menyerang dan bertahan dan maju terus untuk menjadi juara. Banyak keuntungan yang mereka peroleh tetapi juga menjadi salah satu contoh mengenai bagaimana memadukan berbagai perbedaan menjadi sebuah kekayaan yang saling menguntungkan bagu semua pihak yaitu: pemilik klub, pengelola, pemain, sponsor, negara asal pemain bahkan penonton atau fans.
Bercermin pada klub sepakbola MU, jika sebuah masyarakat memiliki kemampuan mengelola segala perbedaan yang ada dalam konteks dan mekanisme yang demokratis niscaya masyarakat tersebut akan menjadi masyarakat yang kuat. Indonesia merupakan negara yang memilki banyak keragaman budaya yang sangat tinggi berdasarka keberadaan kesukuan beserta agama yang dipeluk. Indonesia juga memilki sumberdaya yang bertalenta dalam berbagai  bidang sebagai modal intelektual (human intectual capital) utama bagi pembangunan kekuatan bangsa dan negara. Indonesia membutuhkan meneger atau pelatih betangan dingin untuk meracik segala perbedaan menjadi sebagai sebuah modal utama pembangunan ssebuah neraga-bangsa yang kuat dan maju di segala bidang. Dengan mempertimbangankan segala persoalan yang dihadapi, kepemimpinan yang mampu mensinergikan segala perbedaan merupakan kebutuhan mutlak dan kunci kemajuan.

  1. MENGANALISIS PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam  menganalisis problematika dan solusi ada 2 hal yang menjadi 2 pertanyaan dasar yaitu :
1.   Apa contoh problematika dalam fakta keragaman kehidupan masyarakat sekarang ini?
2.   Apa persoalaan yang muncul ketika keragaman mesti mendasari perkembangan masa depan Indonesia kearah perwujudannya menjadi sebuah bangsa yang kuat dan kokoh?
Dalam bermasyarakat kasus yang paling banyak terjadi adalah tentang kehidupan sex. Setiap orang pasti memiliki aneka ragam pemikiran baik negative maupun positif tentang sex di kawula muda. Dari sini kita akan mencoba menelaah lebih jauh tentang pandangan orang tentang sex tersebut.
Menurut Sigmund Freud, dalam kajian psikologis maupun trajektoris(riwayat hidup) seseorang, seks merupakan aspek dasar dimana seseorang bisa menemukan identitas diri, sekaligus keinginan berkuasa. Banyak hal – hal negative yang terjadi akibat dari seks ini antara lain pemerkosaan, aborsi yang bersifat negatif, prostitusi, dan mungkin masih banyak lagi. Dan sebagian orang mengkambinghitamkan media komunikasi yang cepat(televisi,internet,dll), kurangnya kehidupan beragama yang menjalani kehidupan seks secara negative tersebut. Kasus yang sangat ironis adalah tentang bagaimana tokoh masyarakat dan tokoh agama justru terlibat dalam penyimpangan tersebut. Kita ambil saja kasus syekh puji yang menikahi anak dibawah umur karena dia mempunyai harta berlebih dengan aneka macam dalih yang dia kemukakan. Dan dari banyak kasus yang terjadi akan muncul norma yang berlaku dalam masyarakat antara lain cemoohan, sindiran, sampai pengucilan. Dari kasus – kasus seksual tersebut solusinya antara lain :
1.      Menyelenggarakan pendidikan seks yang benar supaya tidak terjadi penyimpangan seks untuk kaum muda.
2.      Membuat peraturan dan pembatasan terhadap program – program yang berdampak pada pemahaman mengenai kekerasan dan kebebasan seksual.
3.      Membongkar masyarakat mengenai seks dan seksualitas.
Dari contoh problematika tersebut terlihat solusi tersebut dihasilkan dengan keputusan bersama yang menguntungkan berbagai pihak. Dan solusi tersebut bisa menjadi wadah aneka ragam pemikiran tentang seksualitas
Dalam kehidupan bernegara, Indonesia di hadapkan permasalahan keragaman yaitu tentang perbedaan suku dan budaya. Hal tersebut sudah terjadi sejak Indonesia berdiri dan sudah menjadi cirri khas bangsa Indonesia. Perbedaan tentang suku dan budaya akan menjadi persoalan besar jika tidak ada nilai yang mengikatnya. Dan di Indonesia nilai yang ada adalah demokrasi.
Tujuan di terapkannya demokrasi di Indonesia adalah untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Jika dalam kehidupan bernegara kedua hal tersebut tidak terwujud berarti demokrasi tidak diterapkan secara mendasar.
Bapak soekarno,presiden pertama Indonesia merumuskan demokrasi dalam bentuk konsep Nasakom(Nasionalisme, Agama , dan komnunisme). Gagasan tersebut merupakan upaya membangun konsep kebersamaan diantara 3 aliran politik yang berkembang saat itu. Dengan konsep Nasakom diharapkan para nasionalis , tokoh agama , dan komunis dapat saling mendukung dan memperkuat. Namun konsep tersebut tidak membuahkan hasil yang baik dikarenakan kesejahteraan rakyat belum terpenuhi.
Konsep demokrasi yang masih bertahan di Indonesia adalah tentang Pancasila. Sejak pemikiran tersebut di kemukakan oleh soekarno, pancasila merupakan salah satu dasar yang menjadikan Indonesia bersatu sejak hari kemerdekaan hingga saat ini.
Dalam bidang ekonomi, Muhammad hatta mengemukakan konsep Koperasi sebagai salah satu pilar penting dalam memajukan dan menyejaterakan masyarakat Indonesia. Koperasi adalah bentuk demokrasi ekonomi di karenakan usaha tersebut di kelola secara terbuka dan adil.
Imbas negatif yang muncul ketika demokrasi tidak di jalankan secara mendasar yaitu pemberontakan. Indonesia banyak mencatatkan rekor pemberotakan antara lain pemberontakan PKI, pemberontakan DI-TII, pemberontakan di Timor leste, dan yang saat ini paling disoroti adalah tentang pemberontakan RMS.
Adanya demokrasi bukan untuk menghilangkan konflik akan tetapi untuk mengelola perbedaan yang ada supaya potensi konflik teredam dan intensitas konflik terkendali sehingga bisa diperkecil.
Proses globalisasi juga memberi dampak yang negatif terhadap keragaman yang ada di Indonesia antara lain gaya hidup, cara hidup serta budaya. Jika masyarakat tidak siap dan menerima keragaman tersebut,maka akan berdampak pada perilaku menyimpang, kekerasaan, perkelahian politik massa, kecurangan dan kemunafikan. Demokrasi sebagai falsafah kehidupan yang bukan sekedar mekanisme legal formal dalam prosedur pengambilan keputusan sangat diperlukan saat ini. Demokrasi juga merupakan falsafah pemberi nafas dan roh kehidupan sosial-budaya yang menjiwai pandangan bahwa setiap orang adalah sama dan sederajat. Orang diberikan kebebasan yang sama sekaligus juga diberi tanggungjawab yang sama  untuk memelihara kebebasan bersama. Demokrasi akan cidera ketika terjadi pelanggaran kebebasan. Didalam kehidupan kebebasan ada batasnya yaitu ketika kebebasan seseorang merampas kebebasan orang lain atau kebebasan seseorang bertemu dan bertumpang tindih dengan kebebasan orang lain. Dialog sebagai proses demokrasi adalah sebagai aturan main untuk menengahi tercideranya kebebasan seseorang. Kebebasan dalam keragaman masyarakat adalah kebebasan yang dirumuskan bersama.
Indonesia adalah suatu negara yang memiliki banyak keragaman. Indonesia punya banyak etnis, suku, ras, agama, dll. maka perlu ada satu nilai yang dapat mengikat semua aspek tersebut.Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, beliau membentuk satu konsep yang menurut beliau dapat mempersatukan bangsa Indonesia, konsep beliau adalah NASAKOM yaitu Nasionalisme Agama dan Komunis.  Namun harapan tersebut lain dari kenyataan yang ada, akhirnya muncullah Pancasila sebagai dasar Negara yang dipandang lebih dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan oleh beberapa kalangan disebut sebagai upaya membumikan demokrasi secara local dan khas Indonesia.
Demokrasi adalah paham yang bebas, sederajad, dan tidak diskriminatif. Sehingga keragaman yang ada di Indonesia yang mempunyai bahaya perpecahan dan konflik dapat  berubah menjadi potensi yang luar biasa. Demokrasi hadir bukan untuk menghilangkan konflik, tetapi untuk mengelola perbedaan yang ada supaya potensi konflik teredam dan intensitas konflik terkendali sehingga bisa diperkecil. Selain itu demokrasi memberi ruang yang bebas bagi semua orang untuk berpendapat dan memutuskan yang terbaik bagi dirinya dan kota (negara) tempat mereka tinggal sehingga konflik yang ada tidak dihilangkan tapi dikelola secara bersama supaya tidak menimbulkan bahya bagi semua orang.
Di Indonesia sekarang ini, keragaman tidak hanya datang dari factor internal tapi juga factor eksternal. Factor eksternal tersebut adalah globalisasi. Banyak masyarakat yang belum siap menerima dan hidup berdampingan secara damai dengan orang lain yang punya gaya hidup serta budaya yang berbeda. Ketidaksiapan tersebut membuat orang berperilaku menyimpang untuk menunjukkan bahwa dia kuat, namun dengan sikap yang demikian dapat pula menunjukkan kelemahan dan kerapuhan jiwanya. Oleh karenanya, demokrasi sebagai falsafah kehidupan, yang bukan hanya sekedar prosedur dalam pengambilan keputusan. Demokrasi adalah falsafah yang membuat semua orang punya pandangan bahwa semua orang adalah sama dan sederajad. Demokrasi bisa terjadi kalau adanya dialog bukan monolog, dimana dialog memampukan seseorang mengutarakan pendapatnya.
Yang terpenting di sini adalah paham bahwa Indonesia terdiri dari banyak SARA, budaya, dll, sehingga rakyat sadar bahwa arti kebebasan bukan tanpa batas, tapi batasanya adalah ketika kebebasan seseorang merampas kebebasan oranglain. Kebebasan yang ada adalah kebebasan yang dirumuskan bersama, kebebasan konsensual hasil consensus.






KESIMPULAN
Sebagai individu yang menjalani hidup di tengah masyarakat, fungsi dan peran manusia dalam membentuk identitas diri dan masyarakatnya, yaitu responsivity dan responsibility. Melalui dua fungsi tersebut pengembangan kreativitas social budaya dan pembangunan keadilan social budaya, diharapkan manusia dalam bermasyarakat dapat mengembangkan kegiatan yang mendukung identitas individunya secara bebas, bermartabat, berguna, dan berkeadilan. Keragaman pernah merendahkan martabat manusia, namun dari perspektif HAM dan agama, jelas bahwa manusia pada hakekatnya adalah sama dan sederajad.


REFLEKSI
Contoh kasus yang sering terjadi di Indonesia adalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Pansangan suami-istri seharusnya punya kesetaraan dalam hak, kewajiban, dll. Namun kenyataannya adalah berbeda, banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga, baik suami yang menyiksa isrti atau sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keluarga ada keragaman tapi tidak ada kesetaraan. Oleh karena itu banyak sekali kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Indonesia. Seharusnya dalam sebuah keluarga yang ada keragaman harus disertai dengan kesetaraan pula.


DAFTAR PUSTAKA
Giri Wiloso, Pamerdi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Salatiga: Widya Sari